Aksesibilitas seringkali diasosiasikan dengan disabilitas. W3C, organisasi internasional yang mengembangkan standar web terbuka, mendefinisikan aksesibilitas digital sebagai desain dan pengembangan situs web, perangkat, dan teknologi agar dapat digunakan oleh individu dengan disabilitas. Namun, definisi ini menurut kami sudah tidak lagi mencukupi. Hambatan terhadap akses digital tidak hanya dihadapi oleh individu dengan disabilitas, tapi juga oleh siapa pun yang mengalami keterbatasan situasional, teknologis, ekonomi, atau lingkungan.
Salah satu tim kami pernah berdiskusi dengan dosen dari kampus terbesar di Indonesia yang memiliki lebih dari 600 ribu mahasiswa. Di sana, akses terhadap materi kuliah menjadi tantangan yang kompleks: ada mahasiswa yang harus meminjam laptop milik tetangga untuk mengerjakan tugas, atau memanjat pohon demi mendapatkan sinyal agar bisa mengikuti kuliah daring.
Aksesibilitas pada dasarnya adalah soal akses. Dalam konteks digital, aksesibilitas memastikan agar konten dan layanan digital dapat digunakan oleh sebanyak mungkin orang, tanpa memandang kondisi fisik, lokasi, ekonomi, atau perangkat yang mereka gunakan. Dalam konteks pelayanan publik, aksesibilitas berarti memberikan layanan yang setara bagi semua warga. Atau dalam konteks pendidikan, aksesibilitas berarti memastikan bahwa semua peserta didik dapat mengakses materi pembelajaran dalam format yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka.
Meski demikian, membangun kesadaran aksesibilitas dapat dimulai dari memahami isu disabilitas. Karena itulah, materi ini kami awali dengan pengantar mengenai model-model disabilitas dan ragamnya. Dengan memahami ini, kamu bisa mulai membangun empati dan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya akses untuk semua.
Modul yang tersedia
Aksesibel menyediakan beberapa modul pembelajaran yang dapat kamu pelajari secara fleksibel, tidak harus berurutan. Namun, kami menyarankan untuk memulai dari topik Disabilitas agar kamu memiliki landasan pemahaman yang kuat sebelum melanjutkan ke modul lainnya.