Model sosial menekankan bahwa disabilitas bukan berasal dari kondisi tubuh seseorang, tetapi dari hambatan buatan manusia dalam lingkungan sosial, seperti bangunan, sistem, kebijakan, atau sikap yang tidak inklusif. Ketika hambatan ini dihilangkan, individu dengan disabilitas dapat berpartisipasi secara setara dan mandiri dalam masyarakat.
Model ini melihat disabilitas sebagai masalah yang diciptakan oleh masyarakat, bukan bawaan individu. Solusinya adalah perubahan sosial yang menyeluruh, termasuk dalam desain, layanan, dan pola pikir. Misalnya, seseorang tidak bisa membaca majalah bukan karena ia netra, tetapi karena tidak tersedia versi alternatif yang aksesibel.
Kelebihan
Fokus model sosial pada kondisi disabilitas yang disebabkan oleh masyarakat dan lingkungan menekankan bahwa hambatan dan tantangan yang dialami individu dengan disabilitas bukanlah sesuatu yang tak terhindarkan, dan bukan semata-mata ciri dari tubuh individu yang terdampak. Masyarakat dapat sangat meningkatkan kualitas hidup individu dengan disabilitas dengan memastikan bahwa dunia dirancang untuk mengakomodasi berbagai karakteristik dan kemampuan manusia.
Kekurangan
Model sosial bisa mengabaikan aspek tubuh dari disabilitas, seolah-olah disabilitas sama sekali tidak ada hubungannya dengan kondisi fisik. Dorongan model sosial untuk keadilan sosial di ranah politik juga bisa menempatkan para aktivis dalam posisi berseberangan dengan kelompok politik lain, yang bisa memicu konflik dan terkadang menciptakan lawan politik yang keras kepala.
Contoh
- Seorang tunanetra bisa berjalan mandiri di kota besar di Indonesia karena sudah dipasang lantai taktil.
- Pengguna pembaca layar dapat menjelajahi aplikasi mobile tanpa bantuan teman awas.