Disabilitas kognitif dapat bersifat ringan hingga berat. Sebagian orang hanya membutuhkan sedikit bantuan, sementara sebagian lainnya perlu dukungan intensif dalam menjalani aktivitas harian. Penyebabnya beragam: faktor genetik, kondisi sejak lahir, cedera otak traumatis, atau proses penuaan.

Fungsi kognitif dipengaruhi faktor internal (misalnya gangguan pada fungsi mental tertentu) dan faktor eksternal (lingkungan yang bising, informasi berlebihan, stres, kurang tidur). Misalnya, penelitian menunjukkan bahwa stres dapat menurunkan kapasitas memori kerja, baik pada individu dengan maupun tanpa disabilitas kognitif.

Jenis disabilitas kognitif yang umum mencakup:

  • Disabilitas intelektual → keterbatasan signifikan pada fungsi intelektual dan perilaku adaptif, biasanya muncul sebelum usia 22 tahun. (Schalock, 2014)
  • Disleksia → gangguan belajar berbasis bahasa yang mempengaruhi dekoding kata, ejaan, dan pemahaman teks. (Hulme & Snowling, 2016)
  • Disgrafia → gangguan menulis yang terkait dengan orthographic coding dan koordinasi motorik halus saat menulis.
  • Diskalkulia → kesulitan memahami konsep numerik dan logika matematika. (Salisa & Meiliasari, 2023)
  • ADHD → gangguan perkembangan dengan gejala tidak fokus, impulsif, dan hiperaktif. (NIH, 2004)
  • Autisme → spektrum kondisi perkembangan otak dengan ciri hambatan komunikasi, perilaku sosial, minat terbatas, dan perilaku berulang. (WHO, 2022)

Disabilitas intelektual

Disabilitas intelektual ditandai dengan keterbatasan yang signifikan baik dalam fungsi intelektual maupun perilaku adaptif, yang tampak dalam keterampilan konseptual, sosial, dan praktis sehari-hari. Kondisi ini muncul pada masa perkembangan, yang secara operasional didefinisikan sebelum individu mencapai usia 22 tahun. Seperti pada edisi sebelumnya dari manual American Association on Intellectual and Developmental Disabilities Manual on Intellectual Disability (AAIDDMID), terdapat lima asumsi penting dalam penerapan definisi ini:

  1. Keterbatasan dalam fungsi kognitif saat ini harus dipahami dalam konteks lingkungan masyarakat yang sesuai dengan usia dan budaya teman sebayanya. \
  2. Penilaian yang hati-hati mempertimbangkan keragaman budaya dan bahasa, serta perbedaan dalam komunikasi, sensorik, motorik, dan faktor perilaku. \
  3. Pada setiap individu, keterbatasan seringkali muncul berdampingan dengan kekuatan. \
  4. Tujuan penting dalam menggambarkan keterbatasan adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan dukungan yang khas dari tiap individu. \
  5. Dengan dukungan personal yang tepat dan berkelanjutan, fungsi kehidupan orang dengan disabilitas intelektual umumnya akan meningkat.

Data demografis

Diperkirakan antara 1–3% populasi dunia, atau sekitar 200 juta orang, memiliki disabilitas intelektual.

Kesulitan membaca dan disleksia

Dalam membahas kesulitan membaca, perlu ditegaskan adanya dua ranah utama: decoding, yaitu kemampuan membaca kata secara akurat dan lancar, serta pemahaman, yaitu kemampuan menangkap makna dari teks. Hambatan pada decoding dikenal sebagai disleksia, sedangkan hambatan pada pemahaman teks mengarah pada gangguan pemahaman bacaan atau kesulitan membaca.

Menurut The International Dyslexia Association (IDA), disleksia merupakan gangguan belajar yang berakar pada penggunaan dan pemahaman bahasa, ditandai oleh kesulitan dalam keterampilan membaca serta keterampilan bahasa lain, seperti mengeja, menulis, dan melafalkan kata. Kondisi ini berlangsung sepanjang hidup, tetapi dampaknya bisa berbeda tergantung pada tahap perkembangan individu.

Meskipun penyebab disleksia belum sepenuhnya dipahami, penelitian pada aktivitas otak pada orang orang dengan disleksia menunjukkan adanya perbedaan perkembangan dan fungsi otak yang bertanggung jawab dalam mengolah kata, struktur kalimat dan perbedaan bunyi dari tiap kata.

Sebagian besar individu dengan disleksia mengalami hambatan dalam memisahkan bunyi-bunyi kata serta memahami hubungan antara huruf dan bunyi yang menjadikan orang dengan disleksia kesulitan membaca. Semua disleksia adalah kesulitan membaca, tetapi tidak semua kesulitan membaca adalah disleksia.

Data demografis

Disleksia dianggap sebagai salah satu disabilitas belajar berbasis bahasa yang paling umum. Ini adalah penyebab paling sering dari kesulitan membaca, menulis, dan mengeja. Dari orang-orang yang mengalami kesulitan membaca, 70–80% kemungkinan memiliki bentuk disleksia. Diperkirakan 5–10% populasi memiliki disleksia, tapi angka ini bisa mencapai hingga 17%. Kasus disleksia pada laki-laki ditemukan lebih besar dua kali lipat dibanding pada perempuan..

Disgrafia

Disgrafia adalah gangguan menulis yang ditandai dengan kesulitan membentuk huruf secara manual. Orang dengan disgrafia bisa mengalami kesulitan dalam tulisan tangan, ejaan, atau keduanya. Hambatan ini dapat memperlambat proses menulis, menyampaikan maksud secara tulisan atau gambar juga menyulitkan pembelajaran ejaan.

Penyebab disgrafia bukanlah gangguan motorik murni, melainkan lebih terkait dengan kemampuan menyimpan dan mengolah kata tertulis dalam memori kerja serta mengaitkannya dengan bunyi dan makna (orthographic coding). Selain itu, sebagian orang dengan disgrafia juga kesulitan merencanakan gerakan jari yang berurutan tanpa melihat. Hal tersebut menjadikan disgrafia bisa muncul dari kombinasi kelemahan dalam pemrosesan huruf secara mental dan dalam koordinasi motorik halus saat menulis.

Data demografis

Prevalensinya (jumlah orang yang mengalaminya) belum diketahui secara pasti.

Diskalkulia

Diskalkulia adalah kondisi kesulitan belajar spesifik yang memengaruhi kemampuan memahami dan mengolah konsep numerik. Kondisi ini berdampak langsung pada prestasi akademik, khususnya dalam mata pelajaran matematika, serta dapat memengaruhi kesejahteraan mereka di bidang pendidikan matematika. Orang dengan diskalkulia umumnya menunjukkan ciri khas berupa nilai prestasi matematika yang rendah. Mereka mengalami berbagai kesulitan di kelas, terutama dalam memahami dan menerapkan konsep matematika, yang kemudian berdampak pada kesulitan lain, seperti mengikuti instruksi penyelesaian soal atau masalah matematis dalam kehidupan sehari-hari. Disabilitas ini bisa muncul sejak lahir atau akibat cedera, penyakit, atau proses penuaan.

Ciri umum dari diskalkulia meliputi:

  • Kesulitan memahami jumlah atau konsep seperti "terbesar vs terkecil"
  • Tidak memahami bahwa angka 5 sama dengan kata "lima", dan keduanya berarti lima benda
  • Kesulitan mengingat fakta matematika seperti perkalian
  • Sulit menghitung uang atau memberi kembalian
  • Sulit memperkirakan waktu
  • Sulit menilai kecepatan atau jarak
  • Sulit memahami logika matematika
  • Kesulitan mengingat angka saat menyelesaikan soal

Data demografis

Diperkirakan 3–6% populasi memiliki diskalkulia.

ADHD

ADHD atau Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitasadalah gangguan perkembangan yang ditandai dengan gejala perhatian yang mudah teralih, hiperaktivitas, dan impulsivitas. Gejala bisa muncul dominan dalam bentuk ketidakmampuan fokus, perilaku hiperaktif-impulsif, atau kombinasi keduanya. Penyebab ADHD kemungkinan merupakan hasil kombinasi berbagai faktor seperti genetik, neurobiologis, dan lingkungan.

Gejala utama ADHD meliputi:

  • Tidak fokus
  • Mudah terdistraksi
  • Sulit memulai, mengatur, dan menyelesaikan tugas
  • Pelupa
  • Gelisah dan sulit menahan perasaan gelisah
  • Sulit tetap duduk
  • Sering menggerakkan tubuh (fidgeting)
  • Sulit menunggu giliran
  • Terlalu banyak bicara
  • Sering menyela

Data demografis

Prevalensinya diperkirakan 2–7% pada anak-anak, dan sekitar 4% pada orang dewasa.

Autisme

Menurut WHO, autisme adalah spektrum kondisi perkembangan otak yang kompleks. Ciri-cirinya meliputi: gangguan dalam perilaku sosial, komunikasi, bahasa, minat yang terbatas, dan perilaku yang berulang-ulang. Autisme biasanya mulai terlihat di masa kanak-kanak dan berlanjut hingga remaja dan dewasa. Pada banyak kasus, gejala sudah muncul dalam 5 tahun pertama kehidupan. Individu dengan autisme sering juga memiliki kondisi lain seperti epilepsi, depresi, kecemasan, dan ADHD. Tingkat fungsi intelektual pada individu dengan autisme sangat bervariasi.

Individu dengan autisme bisa mengalami:

  • Masalah sensorik seperti kepekaan terhadap suara, bau, dan cahaya.
  • Kesulitan komunikasi verbal dan non-verbal, seperti dalam ekspresi wajah, gerak tubuh, bahasa, dan pemahaman makna yang tidak harfiah.
  • Kesulitan dalam interaksi sosial, seperti mengenali dan mengekspresikan emosi. Mereka bisa merasa kewalahan dalam situasi sosial.

Data demografis

Sekitar 1 dari 100 orang memiliki autisme, dan prevalensinya terus meningkat.


Hambatan umum

  • Perhatian & memori kerja: mudah terdistraksi, sulit menyimpan instruksi panjang, kesulitan manajemen waktu.
  • Bahasa & literasi: teks padat tanpa struktur, jargon, kurangnya alternatif audio/visual.
  • Numerasi: kesulitan menghitung uang, membaca data angka, memperkirakan waktu/jarak.
  • Fungsi eksekutif: sulit memulai/menyelesaikan tugas, butuh struktur jelas dan checklist.
  • Interaksi sosial & sensorik: kewalahan di ruang bising, sulit membaca isyarat sosial, kepekaan berlebihan pada cahaya atau suara.
  • Stigma: sering disalahpahami sebagai “malas” atau “tidak pintar.”

Solusi untuk disabilitas kognitif

Secara Umum

  • Beri waktu yang cukup untuk mempersiapkan tugas dan memahami informasi baru
  • Dalam komunikasi: periksa apakah informasi dipahami dan berikan umpan balik
  • Kurangi suara latar untuk membantu konsentrasi saat mengerjakan tugas atau berkomunikasi
  • Sediakan struktur dan instruksi yang jelas di lingkungan pendidikan dan kerja
  • Gunakan bahasa yang sederhana

Perbaikan lingkungan

Fisik

  • Gunakan pencahayaan yang bisa disesuaikan
  • Kurangi kebisingan
  • Permudah akses ke ruangan penting
  • Buat jalur yang sederhana dan intuitif
  • Gunakan rambu besar, mudah dipahami, dan dalam bahasa yang jelas
  • Arah penunjuk bisa dilengkapi dengan petunjuk sentuh, gambar, suara, atau bentuk bangunan yang mudah diikuti

Digital

  • Sederhanakan konten
  • Sederhanakan dan atur antarmuka dengan baik
  • Sediakan informasi dalam bentuk teks, suara, dan gambar
  • Beri waktu yang cukup untuk menyelesaikan tugas
  • Sorot informasi yang paling penting
  • Izinkan pengguna menyesuaikan pengaturan (seperti tata letak, pengelolaan waktu, atau isi)

Teknologi Bantu

Fisik

  • Buku pengatur tugas dan agenda visual
  • Daftar kegiatan dengan checklist
  • Pengingat dan alarm
  • Stabilo dan marker untuk menyorot informasi penting
  • Penutup telinga untuk mengurangi distraksi suara
  • Kacamata hitam untuk sensitivitas cahaya
  • Pakaian dan sepatu yang nyaman untuk sensitivitas sensorik
  • Mainan stim (fidget toys) untuk membantu fokus
  • Foto atau gambar sebagai petunjuk visual

Digital

  • Pena pintar untuk membantu menulis
  • Pembaca layar (screen reader)
  • Perangkat lunak text-to-speech
  • Alat penyorot teks digital
  • Perangkat lunak penanda halaman (bookmark)
  • Pemeriksa ejaan dan tata bahasa otomatis
  • Aplikasi manajemen waktu dan produktivitas
  • Aplikasi mind mapping untuk mengorganisir pikiran
  • Timer visual untuk manajemen waktu

Strategi pembelajaran dan kerja

  • Pemberian instruksi langkah demi langkah
  • Penggunaan contoh konkret dan praktis
  • Pembagian tugas besar menjadi bagian-bagian kecil
  • Pemberian waktu ekstra untuk menyelesaikan tugas
  • Alternatif metode evaluasi (oral, praktik, portofolio)
  • Lingkungan kerja yang tenang dan terstruktur