Disabilitas neurologis adalah gangguan pada otak, tulang belakang, dan saraf yang menghubungkan keduanya. Beberapa disabilitas umum terkait neurologis dijelaskan di sini.

Migrain

Penyakit migrain adalah disabilitas paling umum kedua di dunia (setelah nyeri punggung). Migrain sebelumnya dianggap disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah. Pemahaman terbaru menunjukkan bahwa gangguan utama pada sistem saraf menyebabkan perubahan di dalam dan di luar otak. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa zat bernama CGRP (calcitonin-gene-related-peptides) berperan penting dalam migrain, dan beberapa obat CGRP telah dikembangkan untuk mencegah dan mengobatinya. Penyakit ini kompleks dan belum sepenuhnya dipahami. Penelitian masih terus dilakukan.

Beberapa faktor bisa memicu serangan migrain, seperti perubahan hormon, alkohol, cahaya terang atau berkedip, perubahan tidur, aktivitas fisik, perubahan cuaca, obat-obatan tertentu, makanan, dan lainnya.

Serangan migrain biasanya terdiri dari empat fase:

  • Prodrom: Tanda awal sebelum migrain terjadi, seperti menguap berlebihan, perubahan suasana hati, dan keinginan makan tertentu.
  • Aura: Dialami sebagian orang. Bisa berupa gangguan penglihatan, sulit bicara, lemas, atau mati rasa.
  • Serangan: Nyeri biasanya di satu sisi kepala, sensitif terhadap suara atau cahaya, mual atau muntah. Bisa berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari, terutama jika tidak diobati.
  • Pasca-serangan (postdrome): Biasanya berlangsung satu hari, dan bisa menyebabkan lelah, bingung, atau merasa senang.

Data demografis

Diperkirakan sekitar 14–15% populasi dunia memiliki penyakit migrain.


Stroke

Stroke terjadi saat terjadi cedera pada otak karena pembuluh darah tersumbat atau pecah. Jika seseorang selamat dari stroke, ia bisa pulih sepenuhnya atau mengalami kerusakan otak dan disabilitas jangka panjang. Stroke membutuhkan penanganan darurat dengan tujuan mencegah stroke berulang.

Gejala umum meliputi:

  • Kesulitan memahami atau menghasilkan ucapan (afasia)
  • Bingung secara tiba-tiba
  • Sakit kepala parah secara tiba-tiba
  • Gangguan penglihatan pada satu atau kedua mata
  • Mati rasa atau lemas pada wajah, lengan, atau kaki
  • Kehilangan koordinasi

Data demografis

Sekitar 15 juta orang di seluruh dunia mengalami stroke setiap tahunnya.


Gangguan Vestibular

Gangguan vestibular adalah masalah pada bagian dalam telinga atau sistem saraf pusat. Gejala khasnya adalah pusing atau vertigo. Penyebab umum termasuk penuaan, cedera, peradangan, dan kondisi neurologis lainnya. Risiko gangguan vestibular meningkat seiring bertambahnya usia.

Data demografis

Setiap tahun, sekitar 15%–20% orang dewasa mengalami pusing atau vertigo.


Cerebral Palsy

Cerebral palsy (CP) adalah kelompok gangguan yang memengaruhi fungsi sistem saraf seperti gerakan, belajar, mendengar, melihat, dan berpikir. Penyebabnya adalah cedera pada otak yang sedang berkembang.

Data demografis

Sekitar 17 juta orang di seluruh dunia memiliki beberapa bentuk cerebral palsy.


Multiple sclerosis

Multiple sclerosis (MS) adalah penyakit sistem saraf pusat, di mana sistem imun menyerang lapisan pelindung saraf. Kerusakan ini menyebabkan gangguan komunikasi antara otak dan tubuh. Kerusakan pada lapisan saraf bisa bersifat permanen.

Gejala umum meliputi:

  • Penglihatan kabur
  • Masalah kognitif
  • Kelemahan, kesemutan, atau mati rasa di anggota tubuh
  • Cara berjalan tidak stabil
  • Kesulitan berbicara

Data demografis

Diperkirakan sekitar 2,8 juta orang di seluruh dunia hidup dengan MS.


Kejang

Kejang adalah gangguan listrik di otak yang tiba-tiba dan tidak terkendali. Ini bisa menyebabkan perubahan perilaku, gerakan, perasaan, dan kesadaran. Jika seseorang mengalami dua kali kejang atau lebih, atau cenderung mengalami kejang berulang, maka disebut epilepsi.

Kejang bisa ringan atau berat, termasuk kehilangan kesadaran. Biasanya mulai sejak anak-anak atau usia lanjut.

Tergantung jenisnya, gejala saat kejang bisa meliputi:

  • Halusinasi visual
  • Tidak bisa bicara
  • Kejang tubuh
  • Jatuh tiba-tiba
  • Menggigit lidah
  • Kehilangan kontrol kandung kemih atau usus

Data demografis

Sekitar 65 juta orang (atau 1 dari 26) di dunia memiliki gangguan kejang.


Epilepsi Fotosensitif

Epilepsi fotosensitif adalah kondisi di mana cahaya berkedip atau pola visual bisa memicu kejang.

Setiap orang bisa sensitif terhadap frekuensi cahaya yang berbeda. Cahaya yang berkedip 16–25 kali per detik paling mungkin memicu kejang, tapi beberapa orang sensitif terhadap frekuensi serendah 3 atau setinggi 60 kali per detik.

Jenis pola juga memengaruhi—pola dengan kontras tinggi atau yang terlihat seperti bergerak lebih mudah memicu kejang. Video game, wahana hiburan, dan aplikasi realitas virtual bisa bermasalah.

Data demografis

Sekitar 5% orang dengan epilepsi memiliki epilepsi fotosensitif.

Catatan!
Individu dengan kondisi lain, seperti migrain dan gangguan vestibular, juga bisa terpicu oleh cahaya berkedip dan pola visual. Sebaiknya hindari penggunaan konten seperti itu.


Hambatan Umum

  • Teknologi dan ruang yang menampilkan cahaya berkedip atau pola visual
  • Tidak ada ruang untuk mengalami atau pulih dari migrain atau kejang
  • Penerangan yang terlalu terang di ruang publik
  • Tidak tersedianya layanan darurat untuk stroke
  • Migrain sering tidak terdiagnosis atau salah diagnosis
  • Lingkungan yang tidak ramah untuk pengguna alat bantu mobilitas

Solusi untuk disabilitas neurologis

Perbaikan Lingkungan

Fisik

  • Di ruang yang terlalu terang, redupkan cahaya ke tingkat yang nyaman
  • Hindari cahaya berkedip
  • Hindari pola yang terlihat bergerak
  • Hindari suara keras
  • Sediakan ruang tenang dan privat untuk kejang atau migrain

Digital

  • Tidak mewajibkan game komputer atau VR untuk berpartisipasi
  • Hindari cahaya berkedip
  • Hindari pola yang terlihat bergerak
  • Hindari suara keras

Teknologi Bantu

  • Kacamata anti-silau
  • Penutup telinga
  • Alat bantu dan pelindung untuk mencegah cedera saat jatuh
  • Monitor bebas flicker
  • Monitor E-ink
  • Lampu hijau
  • Alat pendeteksi kejang
  • Hewan penuntun