Peringatan Konten:
Beberapa bagian dalam tulisan ini membahas pengalaman hidup yang mungkin memunculkan rasa tidak nyaman bagi sebagian pembaca.Saya adalah penyintas bipolar tipe 1 sejak tahun 2019. Kecemasan bermula saat saya mendapat pekerjaan pertama di salah satu sekolah elit di Jakarta. Kepala saya vertigo dan saya selalu menangis setiap menjelang Senin. Seiring berjalannya waktu, akhirnya saya di-PHK karena kondisi kesehatan memburuk.
Salah satu kendala bagi seorang pengidap bipolar untuk mencari nafkah adalah saat ia izin ke rumah sakit, untuk mendapat konseling dari psikiater dan mendapat terapi obat psikiatris.
Berkali-kali saya mengeluh dengan PHK sepihak dari yayasan pendidikan swasta bonafid, karena saya terbuka bahwa saya bipolar dan meminta izin untuk berobat ke RSJ, namun dilarang keras oleh kepala sekolah dan HRD. Bahkan tak jarang juga menghina penyakit saya sebagai beban.
Berkali-kali di-PHK secara sepihak karena disabilitas ini membuat saya trauma dan hampir menyerah menjadi guru. Sehingga keputusan final saya untuk saat ini adalah tidak akan merantau jauh dan melamar sekolah swasta bonafid lagi.
Kini saya menunggu lowongan sekolah negeri yang membuka jalur disabilitas, sembari mencari pekerjaan freelance tanpa khawatir terganggu untuk berobat sembari bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Hingga sekarang saya meminum obat anti depresan dan anti psikotik untuk bisa tidur dan menjaga pikiran tetap waras.
Individu dengan disabilitas mental seperti saya juga berhak mendapatkan pengobatan yang layak agar bisa mendidik dan mengajar mata pelajaran Sejarah dengan baik kepada peserta didik.
Harapan saya: Semoga guru dengan disabilitas diberikan 1 hari saja sebulan buat berobat. Saya juga berhak mencari nafkah dan bisa waras buat mendidik anak-anak. Guru memang panggilan jiwa, tapi memudahkan jalan buat bisa mendidik dan mencari nafkah akan mendapat karma yang baik, bukan?
Tentang Imam
Imam Sihombing berasal dari Pangkalan Berandan, Sumatera Utara, yang juga pernah mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) tahun 2024. Menyelesaikan pendidikan Sarjana Sejarah di Universitas Padjadjaran dan non-gelar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara.
Pernah menjadi guru sejarah internasional baik kurikulum nasional dan Kurikulum Cambridge (IGCSE dan A-Level History), serta kontributor sejarah lepas di Brainly dan Kompas Gramedia.