Sejak kecil saya adalah seseorang yang high achiever. Nilai akademis selalu di atas rata-rata, berhasil masuk ke sekolah hingga universitas favorit, melanjutkan studi di luar negeri dengan beasiswa, tanpa menyadari semua yang saya raih menimbulkan depresi yang mendalam karena saya tidak pernah tahu saatnya berhenti sejenak.

Di usia saya yang menginjak 26 tahun, saya menyadari keputusan yang saya ambil seringkali impulsif, menciptakan hiperaktivitas dalam otak saya, menjadi sangat aktif saat malam karena insomnia, dan berakhir mengalami depresi berat karena kelelahan dan burnout.

Hal yang saya pikir menjadi kelebihan dan kekuatan ternyata dapat menimbulkan kecemasan sehingga memutuskan untuk ke dokter spesialis kesehatan jiwa dan terdiagnosa ADHD.

Saat ini saya melanjutkan hidup di Australia, bekerja paruh waktu di organisasi non-profit yang menerima kekurangan diri saya dan membantu saya dalam menghadapi kesulitan yang saya miliki.

Tentang Nuky

Nuky Presiari, Mahasiswi Master of Commerce di The University of Western Australia, terdiagnosa ADHD dan depresi di usia 26 tahun.