Peringatan Konten:
Beberapa bagian dalam tulisan ini membahas pengalaman hidup yang mungkin memunculkan rasa tidak nyaman bagi sebagian pembaca.Saya perempuan Tuli sejak lahir, dan sampai sekarang saya tetap Tuli. Namun, sejak SMP saya sempat merasa tidak menerima kondisi saya. Saya ingin menjadi seperti orang lain yang bisa mendengar dan berbicara tanpa kesulitan.
Di masa itu, saya bingung dan ingin berubah supaya bisa diterima dan tidak merasa berbeda. Saya merasa kesepian karena menjadi Tuli. Saya ingin punya teman yang bisa mendengar, tapi komunikasi menjadi hambatan besar sehingga sulit untuk dekat dengan mereka. Tidak semua orang mengerti bahasa isyarat atau apa yang saya coba sampaikan.
Keluarga saya selalu berusaha mendukung, tetapi kadang tetap terjadi kesalahpahaman. Misalnya, ketika saya ingin menyampaikan sesuatu tapi tidak dimengerti.
Saya juga pernah mengalami bullying. Mereka sering mengatakan saya “Bisu,” padahal saya tidak bisu, hanya Tuli. Saya bisa berbicara dan kadang menggunakan bahasa isyarat. Kata-kata itu sangat menyakitkan sampai saya trauma. Stigma dan bullying membuat semuanya terasa lebih berat. Namun, saya terus berjuang agar hambatan ini tidak membuat saya berhenti maju dan bersosialisasi. Saya belajar menerima diri sendiri dan menghadapi semua tantangan itu.
Saya mulai kuliah pada tahun 2021. Awalnya saya takut tidak akan punya teman. Tapi ternyata saya salah. Saya mendapatkan teman-teman baik yang selalu mendukung dan mengerti saya. Kami mengobrol lewat chat dan kadang saya berbicara pelan-pelan. Mereka sabar dan sangat pengertian. Saya sangat bersyukur punya mereka. Selama kuliah, saya tidak pernah mengalami bullying lagi. Saya merasa diterima, merasa bisa menjadi diri sendiri. Saya ingin berterima kasih kepada teman-teman kuliah saya, karena dukungan mereka membuat saya lebih kuat. Jika tidak ada mereka, mungkin saya akan terus merasa stres dan sulit menerima diri sendiri.
Melalui tulisan ini, saya berharap banyak orang bisa lebih memahami perjuangan dan kehidupan penyandang disabilitas Tuli seperti saya. Saya juga berharap banyak orang mau belajar bahasa isyarat dan lebih sabar dalam berkomunikasi, agar kita bisa saling mengerti tanpa hambatan. Dan untuk teman-teman Tuli lainnya, kalian tidak sendirian. Jangan takut untuk menerima diri, dan jangan ragu untuk bersosialisasi. Kita semua berhak untuk didengar, dimengerti, dan diterima apa adanya.
Tentang Nurqalbi
Nurqalbi adalah perempuan Tuli berusia 23 tahun yang baru lulus dari Universitas Bina Nusantara (BINUS). Saat ini, ia sedang menekuni bidang desain grafis dan fotografi sebagai minat dan passion-nya.