How many roads must a man walk down

Before you call him a man?

— Sabda Bob dylan di lagu Blowin' in the Wind

Setelah menerima vonis bahwa saya mengidap Polymyositis, kalian kira apa yang saya lakukan? Depresi? Mengeluh? Bersedih? Ya, saya merasakan semua itu, tapi yang paling saya pikirkan saat itu adalah mewujudkan petualangan "terakhir" saya dengan mendaki gunung. Banyak yang bilang, "Gila, stres, naik tangga saja susah, ini mau naik gunung!" Tapi tidak dengan beberapa sahabat saya. Mereka bilang, "Ayo, kita hadapi semua risiko bersama! Yang penting mental, izin orang tua, dan logistik siap. Saya akan bantu kamu bangun saat kamu jatuh, dan yang lain siap gendong kalau kakimu mulai tidak bisa bergerak." Singkat cerita, kami berhasil naik dan turun dengan selamat, dan kenangan itu akan selalu saya ingat seumur hidup saya.

Namun, tantangan terbesar saya adalah menjalani kehidupan sehari-hari, mulai dari beraktivitas, berkuliah, beribadah, hingga memikirkan masa depan! Saya sudah beberapa kali mencoba pekerjaan yang memerlukan tenaga fisik, tetapi meskipun saya sangat berkeinginan dan bertekad, tubuh ini tidak selalu bisa mengikuti harapan saya. Saya mulai belajar desain dan editing video untuk memulai karir baru sebagai seseorang dengan keterbatasan.

Namun, hidup tidak selalu berjalan mulus. Saya pernah mengalami penolakan kerja karena alasan mobilitas dan kekhawatiran tentang kesehatan saya, meskipun saya sudah meyakinkan bahwa saya baik-baik saja. Sayangnya, para pengambil keputusan tidak ingin mengambil risiko. Namun, ada juga banyak perusahaan yang dengan senang hati menerima saya. Saya pun beberapa kali bekerja dan mendapatkan hasil yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Oh ya, untuk beribadah atau pergi ke masjid itu terasa sangat berat bagi saya, bertahun-tahun saya merasa kecewa. Saya merasa malu masih muda sudah pakai kursi untuk sholat, dan beberapa orang yang tidak tahu kondisi saya menganggap saya sudah jauh dari agama. Tapi saya sudah bertahun-tahun berusaha untuk tidak peduli dengan apa kata orang. Dan saatnya benar benar tiba saya benar-benar harus pergi ke tempat ibadah lagi untuk pertama kalinya.

Momen itu adalah saat di mana saya harus memimpin sholat untuk almarhum ayah saya. Tiba-tiba terlintas, ketika kecil ayah saya yang memperkenalkan saya dengan tempat ibadah, dan kini,saat terakhirnya pun beliau masih mengingatkan saya ke mana saya harus kembali . Mungkin momen itu memilukan, tapi pelajaran yang saya dapat sangat berkesan.

Mungkin bagi mereka aku sedang melakukan hal kecil dan sepele. tapi bagiku, hal kecil yang ku lakukan lebih mulia dari pada saat melakukan hal besar saat tubuh saya masih bisa dikendalikan sepenuhnya, karena berdamai dengan keterbatasan, cibiran, stigma dan terus hadir untuk melanjutkan hidup, bagi saya itu adalah kemenangan mutlak yang bisa saya banggakan.

Tentang Alif/Mirza

Hai! Aku Alif/Mirza saya seorang yang berkutat di dunia kreatif dan penyuka sepak bola walaupun tidak bisa lagi saya mainkan.