Bahasa Inklusif

Bahasa adalah cerminan sikap kita terhadap individu dengan disabilitas. Menggunakan istilah yang tepat merupakan bentuk penghormatan dan kesadaran bahwa kata-kata bisa memperkuat atau mengurangi stigma. Karena itu, penting untuk memahami perbedaan antara people-first language dan identity-first language, serta menanyakan langsung preferensi istilah kepada individu yang bersangkutan. Berikut adalah contoh bagaimana kita dapat menerapkan bahasa inklusif dalam kehidupan sehari-hari:

  • People-first language menempatkan individu sebelum disabilitasnya. Sebagai contoh individu dengan disabilitas visual, dan individu yang menggunakan kursi roda.
  • Identity-first language menempatkan identitas disabilitas di depan sebagai bagian kebanggaan. Sebagai contoh Teman Tuli, dengan “Tuli” (T besar) sebagai identitas budaya.
  • Di Indonesia, istilah “penyandang cacat” sudah diganti menjadi “penyandang disabilitas” (UU No. 8 Tahun 2016). Namun istilah “individu dengan disabilitas” lebih netral dan sejajar.
  • Hindari istilah usang atau merendahkan seperti cacat, tidak normal, atau orang gila. Gunakan pengganti yang inklusif: disabilitas, dan orang dengan gangguan mental
  • Waspadai inspiration porn, yaitu kecenderungan menganggap aktivitas biasa dari individu dengan disabilitas sebagai “luar biasa” hanya karena mereka memiliki disabilitas.

Panduan Umum

Secara umum, berinteraksi dengan individu dengan disabilitas tidak berbeda jauh dengan interaksi antar-manusia lainnya: diperlukan rasa hormat, empati, dan kesopanan. Perbedaannya terletak pada kebutuhan akomodasi tertentu, yang hanya bisa dipenuhi jika kita bersedia mendengar dan menyesuaikan diri. Panduan berikut membantu agar interaksi sehari-hari berlangsung lebih inklusif dan setara.

Lakukan ini

  • Gunakan bahasa yang mendahulukan individu atau identitas sesuai preferensi mereka.
  • Berbicaralah langsung kepada individu, bukan kepada pendampingnya.
  • Tawarkan bantuan hanya jika diminta atau diterima, lalu ikuti arahan mereka.
  • Hargai kemampuan individu untuk mengambil keputusan sendiri.
  • Bersabarlah jika lawan bicara membutuhkan waktu lebih lama untuk merespons.

Hindari ini

  • Jangan berasumsi seseorang membutuhkan bantuan tanpa menanyakannya.
  • Jangan menarik, menyentuh, atau memindahkan alat bantu tanpa izin.
  • Jangan menanyakan detail medis atau pribadi kecuali dibagikan lebih dulu.
  • Jangan menganggap individu dengan disabilitas hanya dari keterbatasannya.
  • Jangan khawatir jika salah; tanyakan dengan sopan bagaimana memperbaikinya.

Panduan Spesifik

Setiap ragam disabilitas memiliki karakteristik, kebutuhan, serta cara interaksi yang berbeda. Dengan memahami perbedaan ini, kita bisa menyesuaikan sikap agar lebih menghormati preferensi individu. Berikut panduan praktis berdasarkan jenis disabilitas.

Individu dengan disabilitas mobilitas

Lakukan ini

  • Pastikan jalur bebas hambatan.
  • Tawarkan ruang gerak yang cukup.
  • Mintalah izin apakah mereka lebih nyaman jika kamu duduk atau berdiri saat berbicara.

Hindari ini

  • Jangan menyentuh atau memindahkan kursi roda/alat bantu tanpa izin.
  • Jangan berasumsi mereka tidak bisa melakukan sesuatu.
  • Jangan berbicara kepada asistennya alih-alih langsung kepada mereka.

Individu dengan disabilitas visual

Lakukan ini

  • Perkenalkan diri dan orang lain yang hadir.
  • Gunakan nama mereka saat berbicara.
  • Berikan petunjuk konkret (misal: “kursi ada di sebelah kananmu”).

Hindari ini

  • Jangan menarik tubuh mereka, biarkan mereka memegang lenganmu jika ingin dipandu.
  • Jangan menyentuh hewan penuntun tanpa izin.
  • Jangan hanya mengandalkan isyarat visual saat berkomunikasi.

Individu dengan disabilitas auditori atau wicara

Lakukan ini

  • Pastikan posisimu terlihat jelas; gunakan gestur seperlunya.
  • Tanyakan bentuk komunikasi yang mereka sukai (bicara, tulisan, bahasa isyarat).
  • Bersabarlah jika respons lebih lambat atau ucapan kurang jelas.

Hindari ini

  • Jangan berteriak atau menyela pembicaraan mereka.
  • Jangan menutup mulut atau wajah saat berbicara.
  • Jangan berpura-pura mengerti jika tidak paham; tanyakan dengan sopan.

Individu dengan disabilitas kognitif atau neurologis

Lakukan ini

  • Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas.
  • Berikan instruksi langkah demi langkah.
  • Jika seseorang mengalami kejang, beri ruang aman dan hubungi ambulans bila lebih dari 5 menit.

Hindari ini

  • Jangan terburu-buru; ulangi dengan pelan jika diperlukan.
  • Jangan menahan gerakan orang yang sedang kejang.
  • Jangan langsung memberi makan/minum setelah kejang sebelum pulih.

Individu dengan disabilitas psikologis

Lakukan ini

  • Bicaralah dengan tenang.
  • Akui dan validasi perasaan mereka.
  • Tawarkan dukungan sesuai kebutuhan.

Hindari ini

  • Jangan menyalahkan individu atas kondisinya.
  • Jangan berasumsi mereka tidak mampu menghadapi stres.