Disabilitas visual
Disabilitas visual mencakup gangguan penglihatan sebagian atau total, termasuk penurunan ketajaman, sensitivitas terhadap warna, atau cahaya. Kondisi ini bisa bawaan lahir maupun akibat penyakit seperti katarak, glaukoma, diabetes, atau degenerasi makula.
Kategori utama:
- Kebutaan: kehilangan penglihatan sebagian hingga total.
- Penglihatan rendah: penurunan ketajaman atau kontras yang tidak dapat diperbaiki dengan kacamata/lensa kontak.
- Gangguan penglihatan warna: kesulitan membedakan warna tertentu, paling sering merah–hijau.
Prevalensi: 43,3 juta orang di dunia mengalami kebutaan, dan 295 juta memiliki penglihatan rendah. Hambatan: materi cetak tanpa alternatif braille/audio, petunjuk visual tanpa suara, jalan penuh hambatan, kontras warna rendah, serta aplikasi digital tanpa teks alternatif. Solusi: lantai taktil, jalur bebas hambatan, braille, warna berkontras tinggi, screen reader, deskripsi audio, aplikasi navigasi berbasis suara, dan tongkat putih atau hewan pemandu.
Disabilitas auditori
Disabilitas auditori mencakup tuli total maupun kesulitan mendengar sebagian (hard of hearing). Kondisi ini mempengaruhi cara berkomunikasi dan mengakses informasi. Penyebabnya bisa bawaan lahir, penyakit, cedera, atau penuaan.
Kategori utama:
- Tuli: kehilangan pendengaran sangat berat, sering menjadi identitas budaya (komunitas Tuli).
- Hearing loss: penurunan pendengaran ringan–berat (conductive, sensorineural, mixed, central).
- Hard of Hearing (HoH): masih ada sisa pendengaran fungsional, biasanya dibantu alat dengar.
Prevalensi: WHO memperkirakan 466 juta orang (6,1% populasi dunia) mengalami tuli atau HoH.
Hambatan: komunikasi tanpa juru bahasa isyarat, lingkungan bising, audio tanpa teks/transkrip, pencahayaan buruk yang mengganggu baca gerak bibir.
Solusi: alat bantu dengar, sistem FM/hearing loop, captioning, telepon teks, perangkat alert visual/getar, AAC (papan gambar, aplikasi komunikasi), dan layanan relay telekomunikasi.
Sensori ganda
Disabilitas sensori ganda (DSG) adalah gabungan gangguan penglihatan dan pendengaran. Kebanyakan individu masih memiliki sedikit kemampuan melihat/ mendengar, tetapi keterbatasan pada dua indera membuat komunikasi dan aktivitas sehari-hari menjadi sangat kompleks.
Prevalensi: sekitar 0,2–2% populasi dunia mengalaminya; angka lebih tinggi pada lansia (9–21% di atas usia 70 tahun).
Hambatan: materi tanpa braille, tidak ada juru bahasa isyarat taktil, minim dukungan komunikasi, serta risiko keterasingan sosial.
Solusi: braille, papan isyarat taktil, teknologi AAC, perangkat wearable pendeteksi lingkungan, tongkat putih, hewan pemandu, serta dukungan lintas disiplin (keluarga, pendidik, tenaga medis).
Disabilitas wicara
Disabilitas wicara mencakup ucapan yang kurang jelas hingga ketidakmampuan total berbicara. Kondisi ini tidak selalu mempengaruhi kemampuan berbahasa, karena seseorang bisa tetap lancar membaca, menulis, atau memahami bahasa.
Kategori utama:
- Gangguan bunyi bahasa organik: akibat faktor motorik/neurologis (apraksia, disartria), struktural (sumbing), atau sensori (gangguan pendengaran).
- Gangguan bunyi bahasa fungsional: tanpa penyebab organik jelas (artikulasi, fonologi).
- Afasia: gangguan bahasa akibat kerusakan saraf (misalnya stroke).
- Mutisme: tidak berbicara karena faktor neurologis atau psikologis (elektif, selektif, total).
Hambatan: kesulitan komunikasi verbal, salah paham dalam interaksi, stigma di sekolah atau pekerjaan.
Solusi: terapi wicara, penggunaan AAC (bahasa isyarat, papan simbol, aplikasi speech generating device), serta dukungan psikologis atau medis sesuai penyebab.
Disabilitas mobilitas dan struktur tubuh
Disabilitas mobilitas mencakup keterbatasan dalam bergerak, berjalan, atau menggunakan anggota tubuh. Penyebabnya bisa bawaan lahir, penyakit, usia, atau cedera.
Kategori utama:
- Gangguan mobilitas (amputasi, cerebral palsy, cedera tulang belakang).
- Gangguan motorik halus (Parkinson, tremor, stroke).
- Kelelahan otot (fibromyalgia, distrofi otot).
- Perbedaan bentuk/ukuran tubuh (dwarfisme, skoliosis, gigantisme).
Demografi: sekitar 11% orang dewasa mengalami disabilitas mobilitas (CDC, 2018).
Hambatan: bangunan tanpa ramp/elevator, transportasi tidak aksesibel, tugas motorik halus sulit (mengancing baju, membuka botol), stigma sosial.
Solusi: desain universal (ramp, pintu otomatis, toilet aksesibel), teknologi bantu (kursi roda manual/elektrik, prostetik, exoskeleton, perangkat input alternatif), serta dukungan lingkungan digital yang sesuai WCAG.
Disabilitas Kognitif
Disabilitas kognitif meliputi hambatan berpikir, belajar, membaca, menulis, menghitung, memusatkan perhatian, atau berinteraksi sosial. Kondisi ini sering tidak terlihat, tetapi berdampak besar pada kehidupan sehari-hari.
Prevalensi utama:
- Disabilitas intelektual
- Disleksia (membaca), disgrafia (menulis), diskalkulia (numerasi)
- ADHD (gangguan perhatian/hiperaktivitas)
- Autisme (spektrum kondisi perkembangan otak)
Demografi: sekitar 200 juta orang memiliki disabilitas intelektual; disleksia 5–17% populasi; ADHD 2–7% anak, 4% dewasa; autisme 1 dari 100 orang.
Hambatan: kesulitan fokus/memori, teks padat tanpa struktur, stigma “malas/tidak pintar,” kewalahan sensorik, sulit interaksi sosial.
Solusi: struktur instruksi jelas, waktu tambahan, checklist, mind mapping, aplikasi text-to-speech, teknologi bantu (pena pintar, aplikasi manajemen waktu), serta strategi pembelajaran individual.
Disabilitas neurologis
Disabilitas neurologis terjadi akibat gangguan otak, sumsum tulang belakang, atau saraf. Dampaknya bisa motorik, sensorik, kognitif, atau otonom.
Prevalensi jenis utama:
- Migrain: dialami 14–15% populasi dunia.
- Stroke: 1 orang terkena setiap 2 detik di dunia; 16% populasi global akan mengalaminya seumur hidup.
- Gangguan vestibular: 15–20% orang dewasa mengalami vertigo tiap tahun.
- Cerebral palsy: ±17 juta orang di dunia.
- Multiple sclerosis: 2,2 juta kasus global (2016).
- Epilepsi: 65 juta orang; 5% fotosensitif.
Hambatan: pencahayaan berlebih, konten visual berkedip, layanan darurat tidak tersedia, stigma epilepsi, lingkungan tidak ramah alat bantu mobilitas.
Solusi: ruang tenang, pencahayaan dapat disesuaikan, peringatan konten visual, teknologi bantu (kacamata anti-silau, alat pendeteksi kejang, kursi roda), rencana darurat, serta dukungan psikologis dan akomodasi kerja.
Disabilitas psikologis
Disabilitas psikologis mencakup gangguan kecemasan, suasana hati, dan psikotik yang mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku.
Kategori utama:
- Gangguan kecemasan (GAD, panik, fobia sosial): ±284 juta orang di dunia (2017).
- Mood disorder (depresi, bipolar, SAD, perilaku melukai diri): sekitar 970 juta orang global.
- Gangguan psikotik (skizofrenia).
Hambatan: stigma sosial, layanan kesehatan mental terbatas, biaya tinggi, kurangnya dukungan emosional di sekolah/kerja.
Solusi: ruang tenang, jadwal fleksibel, aplikasi pemantau suasana hati, teknologi bantu (white noise, aplikasi pengingat), dukungan psikologis, serta lingkungan kerja/pendidikan inklusif.
Disabilitas ganda/kompleks
Disabilitas ganda/kompleks terjadi ketika seseorang memiliki dua atau lebih jenis disabilitas sekaligus, misalnya kombinasi hambatan fisik, kognitif, dan komunikasi. Kondisi ini menuntut pendekatan multidisiplin.
Prevalensi: sekitar 10–15% penyandang disabilitas memiliki kebutuhan kompleks (UK & Australia).
Hambatan: kesulitan dalam fungsi intelektual, motorik, sensorik, komunikasi, pendidikan tidak terakomodasi, risiko isolasi sosial.
Solusi: pendampingan khusus, program pendidikan individual, komunikasi AAC (papan simbol, aplikasi komunikasi), serta teknologi bantu yang dipersonalisasi sesuai kondisi individu.