Model amal memandang individu dengan disabilitas sebagai orang yang malang dan memerlukan bantuan dari pihak luar. Dalam model ini, orang-orang yang memberikan bantuan dianggap sebagai dermawan yang berkontribusi kepada mereka yang membutuhkan. Pendekatan ini sering kali berfokus pada pemberian bantuan langsung, seperti donasi atau layanan sosial, dengan tujuan mengurangi penderitaan individu dengan disabilitas tanpa terlalu memperhatikan perubahan struktural yang lebih luas dalam masyarakat.

Model amal memiliki keterkaitan dengan model medis yang melihat disabilitas sebagai masalah individu, serta model ekonomi yang menilai disabilitas dari dampak ekonomi yang ditimbulkan bagi individu tersebut. Meski niatnya baik, model ini bisa membuat individu dengan disabilitas dipandang sebagai objek belas kasihan, bukan sebagai individu yang berdaya dan berhak atas partisipasi penuh dalam masyarakat. Akibatnya, pendekatan ini cenderung mengabaikan aspek hak dan keadilan sosial yang penting dalam pemberdayaan individu dengan disabilitas.

Kelebihan

Model amal bisa menginspirasi orang untuk menyumbangkan waktu atau sumber daya mereka guna memberikan dukungan kepada individu dengan disabilitas. Kadang-kadang model ini menjadi satu-satunya sumber pendanaan untuk kebutuhan tertentu, misalnya untuk mempelajari penyakit yang sangat langka.

Kekurangan

Individu dengan disabilitas mungkin merasa pandangan ini merendahkan. Model amal sering kali berfokus pada kebutuhan jangka pendek, sehingga mengabaikan solusi jangka panjang yang lebih menyeluruh dan efektif.

Contoh

  • Sebuah yayasan menggalang dana untuk membantu anak-anak dengan disabilitas mendapatkan peralatan terapi yang mereka butuhkan.
  • Relawan memberikan bantuan langsung seperti makanan dan pakaian kepada individu dengan disabilitas di daerah terpencil tanpa program lanjutan untuk pemberdayaan jangka panjang.